Ambon, CM- Tim Universitas Pattimura melaksanakan kegiatan pengadian masyarakat di Desa Musihuwey, Kecamatan Taniwel Timur, Seram Bagian Barat pada Sabtu, 24 Agustus 2024. Yang mana, kegiatan Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) ini merupakan hibah Program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat, Skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DRTPM), DIRJEN DIKTIRISTEK Tahun 2024.
Tim yang terdiri dari 3 orang dosen dan 2 mahasiswa melaksanakan kegiatan awal dengan melaksanakan kegiatan sosialisasi bagi mitra maysarakat kepada 10 orang masyarakat tentang penerapan alat pemanggang pasir berputar termodifikasi untuk peningkatan produksi kacang tanah sangrai pada industri rumah tangga pada Desa Musihuwey, Kecamatan Taniwel Timur, Seram, Bagian Barat.
Dalam sosialisasi awal kegiatan dibuka dengan penyampaian arahan singkat dari ketua tim, Nelson Gaspersz, S.Si., M.Si. (Dosen Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi Unpatti). Dan dilanjutkan dengan penyampain materi pertama oleh Marfin Lawalata, SP., M.Sc. (Dosen Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian Unpatti) tentang nutrisi dan pengolahan kacang tanah.
Menurut Lawalata, bahwa kacang tanah banyak dibudidaya di wilayah pesisir seperti Maluku, karena kondisi tanah yang sesuai, perawatan yang mudah, tahan terhadap hama penyakit, toleran pada kondisi kering, dan umur panen yang relatif singkat.
“Kacang tanah banyak dibudidaya di wilayah pesisir seperti Maluku, karena kondisi tanah yang sesuai, perawatan yang mudah, tahan terhadap hama, dan itu bisa mencapai 3-4 bulan bila dibandingkan dengan tanaman yang lain” ucapnya.
Selain itu lanjutnya, kacang tanah termasuk tanaman palawija yang menduduki urutan ketiga setelah tanaman kedelai dan jagung.
“Kacang tanah juga sering ditanam pada lahan kering setelah panen pertama tanaman utama, yang dapat membantu mengembalikan nutrisi tanah. Dari segi ekonomi, harga kacang tanah kering relatif bersaing dengan pangan beras, sehingga cocok dibudidaya dan diolah lebih lanjut untuk dijadikan salah satu pendapatan masyarakat”Jelasnya.
Dalam penjelasan Lawalata bahwa sejauh ini, produksi kacang tanah secara tradisional atau industri rumah tangga oleh masyarakat Desa Masihuweey berupa kacang tanah mentah, kacang tanah yang telah dikeringkan, dan kacang tanah sangrai yang dikonsumsi sendiri dan juga diperjualbelikan pada kalangan terbatas atau masyarakat sekitar.
Bahkan masyarakat tentu menggantungkan hidup pada penjualan produk hasil pengolahan sumber daya alam ini.
“Produksi kacang tanah secara tradisional atau industri rumah tangga oleh masyarakat Desa Masihuweey berupa kacang tanah mentah, kacang tanah yang telah dikeringkan, dan kacang tanah sangrai yang dikonsumsi sendiri dan juga diperjualbelikan pada kalangan terbatas dan pendapatan yang diperoleh hanya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan belum cukup untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat”Bebernya.
Namun lanjutnya, sumber daya alam tersebut memiliki nilai jual yang tinggi jika potensinya dapat diolah secara optimal, sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap kondisi ekonomi daerah dan mendukung ketahanan pangan di Maluku.
Lain halnya dengan Nelson Gaspersz, S.Si. M.Si. berkaitan dengan penerapan teknologi tepat guna berupa alat alat pemanggang pasir berputar termodifikasi pada pemberi materi kedua. Dalam pemaparannya disampaikan menilik permasalahan yang dihadapi mitra salah satunya adalah lamanya proses pemasanasan dalam produksi pengolahan kacang tanah sangrai.
Yang mana kata Dia bahwa proses pengolahan yang dilakukan oleh masyarakat masih bersifat konvensional menggunakan wajan berisi pasir yang dipanaskan bersama kacang tanah sambil terus dilakukan pengadukan secara manual.
“Dari segi pengelolaan secara konvensional tidak efektif, sehingga berdampak pada meningkatnya jumlah bahan bakar kayu yang harus digunakan untuk proses pemanasan. Kapasitas produksi juga bergantung pada ketersedian bahan baku, peralatan pemanasan, dan kayu bakar yang menyebabkan jumlah produksipun tidak menentu serta lebih sedikit jumlahnya”Cetusnya.
Selain itu, lanjutnya, biaya produksi juga ikut meningkat, sehingga harga jual produk relatif lebih mahal. Olenya, melalui kegiatan Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM), tim akan membantu masyarakat melalui penyediaan teknologi tepat guna berupa alat pemanggang pasir berputar termodifikasi. Alat pemanggang pasir berputar termodifikasi ini diharapkan dapat membantu mitra masyarakat dalam proses pengolahan kacang tanah yang lebih cepat dengan hasil produksi yang lebih tinggi dengan kualitas lebih baik dari sebelumnya.
Olehnya harap Dia, dengan langka-langka yang dilakukan oleh tim, akan berdampak langsung pada proses pengolahan kacang tanah menjadi produk olahan pada industri rumah tangga sebagai solusi peningkatan ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat Desa Musihuwey pasca pandemi Covid-19.
Dalam kesepatan yang sama, mitra masyarakat juga diberikan pemahaman oleh Priska M. Pattiasina, S.Si., M.Si. (Dosen Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi Unpatti) tentang desain kemasan untuk pengemasan produk kacang sangrai.
“Produk perlu dikemas untuk memastikan kualitas tetap terjaga dalam jangka waktu tertentu. Dengan memberi label pada kemasan, akan mempermudah produk mitra lebih dikenal dan diingat oleh pembeli”ungkapnya.
Bahkan lanjutnya, desain kemasan yang menarik juga meningkatkan nilai jual produk. Hal ini berdampak pada peningkatan produksi produk kacang tanah sangria yang dapat dikemas dalam kemasan berlabel dan dijual dengan harga yang lebih kompetitif serta jangkauan pasar yang lebih luas.(CM/HC/TIM)
Tinggalkan Komentar
Kirim Komentar