BAPAS Kelas II Ambon Terima Dua Taruni Poltekip Dalam Proses PKL
- Administrator
- Selasa, 29 Juli 2025 11:51
- 14 Lihat
- HUKUM

Ambon, CM- Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II Ambon menerima dua orang Taruni dari Politeknik Ilmu Pemasyarakatan (Poltekip) Tingkat I dalam rangka melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL). Kedua Taruni tersebut adalah Verolin Loupatty dan Ananda Putri Sujud.
Diketahui dalam release yang diterima Citra Maluku, bahwa selama pelaksanaan PKL, kedua Taruni secara aktif terlibat dalam kegiatan teknis, khususnya dalam proses penerimaan klien pemasyarakatan. Mereka diberikan kesempatan untuk mengamati dan mempelajari tahapan-tahapan penting yang dilakukan Pembimbing Kemasyarakatan (PK) dalam menyambut dan mendampingi klien baru, Selasa (29/07).
Selama melaksanakan praktik, para Taruni juga diperkenalkan dan diajarkan tahapan-tahapan dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) penerimaan klien. Proses ini dimulai dari pencatatan identitas klien di buku register, pemeriksaan dan verifikasi dokumen pendukung, pengisian formulir asesmen awal, hingga penyampaian hak dan kewajiban klien selama proses pembimbingan berlangsung. Selain itu, mereka juga dilatih untuk memahami pentingnya komunikasi awal yang baik dan membangun kepercayaan, sebagai langkah awal dalam pembimbingan yang efektif.
Kepala Bapas Ambon, Ellen M. Risakotta, menyambut baik kehadiran para Taruni dan menyatakan bahwa keterlibatan mereka merupakan bentuk komitmen Bapas dalam mendukung penguatan kapasitas calon aparatur pemasyarakatan.
“Kami ingin memastikan bahwa para Taruni tidak hanya memahami teori, tapi juga bisa melihat langsung realitas di lapangan. Salah satu aspek penting adalah proses penerimaan klien, karena dari sinilah proses pembimbingan dimulai,” jelas Ellen.
Kasubsi Bimbingan Klien Dewasa (BKD), Nanda M. Putra, menjelaskan bahwa keikutsertaan Taruni dalam proses penerimaan klien bukan sekadar untuk melihat, tapi juga belajar langsung bagaimana bersikap dan berinteraksi dengan klien secara manusiawi.
“Proses awal sangat penting karena di tahap inilah dasar hubungan antara pembimbing kemasyarakatan dan klien mulai dibangun. Kami ingin para Taruni memahami bahwa tugas pembimbing tidak hanya berkutat pada data dan administrasi, tetapi juga menekankan pentingnya pendekatan yang humanis dan empatik,” jelas Nanda.
Pengalaman ini disambut antusias oleh kedua Taruni. Verolin Loupatty mengaku terkesan dengan pendekatan yang dilakukan petugas kepada klien.
“Ternyata proses penerimaan klien bukan sekadar formalitas, tapi benar-benar ada unsur kemanusiaan dan empati. Ini pengalaman yang membuka wawasan saya,” tuturnya.
Sementara itu, Ananda Putri Sujud menyampaikan bahwa keterlibatan langsung membuatnya lebih memahami dinamika kerja petugas pemasyarakatan.
“Kami diajak langsung untuk menyaksikan dan terlibat. Itu membuat pembelajaran jadi jauh lebih bermakna. Terima kasih kepada seluruh petugas Bapas Ambon atas bimbingannya,” ucapnya.(CM/99/**)